Banjir Myanmar 2015
Banjir Myanmar 2015 terjadi karena hujan yang deras dan menimpa 12 dari 14 negara bagian di Myanmar. Sekitar 100 orang tewas[2] dan 1,000,000 orang mengalami dampak dari banjir tersebut.[3] Kebanyakan luapan dikabarkan berasal dari Delta Irrawaddy. Luapan hujan yang dimulai dari 16 Juli merusak lahan pertanian, jalan, jalur kereta api, jembatan dan rumah.[4] Status negara bagian darurat dideklarasikan di empat wilayah yang paling terkena dampaknya di bagian barat,[5] yakni Divisi Magway, Divisi Sagaing, Negara Bagian Chin dan Negara Bagian Rakhine.[6] Latar belakangHujan muson kebat yang tak biasa terjadi di Myanmar dimulai dari 16 Juli dan membuat sungai-sungai dipenuhi dengan air hujan. Alir tersebut membanjiri wilayah sekitaran sungai. Banjir tersebut adalah banjir terburuk yang terjadi di Myanmar pada dekade terkini. Beberapa orang menyalahkan hujan deras, mismanajemen proyek irigasi dan deforestrasi yang disebabkan oleh penebangan yang kurang diperhatikan pada dekade-dekade terkini.[7] Siklon Komen di Samudra Hindia membuat situasi memburuk.[8] Wilayah yang terkena dampaknyaDivisi SagaingDi Divisi Sagaing, lebih dari 190,000 hektar lahan pertanian terkena banjir dan 18,000 hektar hancur.[9]Kalaymyo mengalami dampak dari banjir tersebut dan laporan berita menunjukan bahwa papan selamat datang dari kota tersebut secara kseluruhan tergenang air. Kanbalu juga mengalami dampak dari banjir tersebut.[10] Divisi MagwaySungai Mone dan Man menyebabkan 300 desa serta wilayah perkotaan di Pwintbyu, Sidoktaya dan Ngape.[11] Sinbyugyun, sebuah kota di Divisi Magway, tidak ikut terkena banjir. Upaya pemulihanPemerintah berupaya menangani peristiwa tersebut secara perlahan. Namun, tidak seperti pada 2008 saat Siklon Nargis ketika pemerintah menolak bantuan dari luar negeri, pada saat peristiwa ini pemerintah meminta bantuan internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan sumbangan sejumlah $9m (£6m). Program Pangan Dunia PBB mengirimkan bantuan kepada 82,000 orang di bagian-bagian yang terkena dampaknya di bagian barat Myanmar.[12] TanggapanKoordinator Advokasi Pengungsi dari SNH Advocacy Center Heri Aryanto mengatakan, orang-orang Myanmar seharusnya sadar dan intropeksi diri bahwa bencana banjir yang melanda Myanmar bisa jadi sebagai bentuk balasan dari ulah tangan-tangan mereka yang telah menganiaya, membantai, dan memperlakukan Rohingya secara kejam dan tidak manusiawi.[13] Referensi
Pranala luar |