Asal usul kehidupan dan keanekaragaman makhluk hidup[1]Jika kita mempercayai para pelaksana riset beserta pernyataan pernyataan mereka mengenai fenomena kehidupan, maka sekarang ini tidak ada lagi rahasia-rahasia kehidupan. "Asal-usul kehidupan tidak lagi menjadi subyek penyelidikan laboratorium," kata seorang ahli biokimia molekuler pada 1972. Karena selalu beranggapan bahwa kata-kata ini tetap menyimpan makna, maka kita berkesimpulan bahwa kehidupan tidak lagi mengandung hal-hal yang tidak kita ketahui. Tapi nyatanya, situasinya sangat berbeda, dan terdapat banyak sekali misteri yang masih menyelimuti asal usul kehidupan.
Mereka yang dengan gigih berpendapat bahwa faktor kebetul an ikut berperan, mendasarkan pendapat mereka atas eksperimen eksperimen semacam ini yang mengklaim telah mereproduksi asal-usul yang mungkin dari kehidupan. Mereka mengulang pan dangan-pandangan Miller yang pada 1955 mengemukakan formasi senyawa senyawa kimia yang kompleks, seperti asam amino yang terdapat di dalam protein seluler, dengan menggunakan per cikan percikan api listrik di dalam suatu atmosfir gas yang terdiri atas uap, methane, amonia dan hidrogen. Tak perlu kita katakan bahwa eksperimen-eksperimen semacam itu sama sekali tidak menjelaskan susunan komponen-komponen tersebut; dan kita juga sama sekali tidak berpendapat apakah gas yang susunannya menguntungkan kehidupan ini benar-benar ada di atmosfir bumi dua atau tiga milyar tahun yang lalu. Tak dapat dibuat sebuah teori dengan bertumpu pada fakta-fakta yang tak diketahui se perti ini. Kalau toh gas seperti ini benar-benar ada di atmosfir bumi, kalau toh kondisi-kondisi fisis tertentu benar-benar bisa menimbulkan fenomena listrik bertegangan tinggi; kalau toh se nyawa-senyawa kimia organis yang rumit terbentuk akibat peng gabungan keadaan-keadaan ini, namun tak dapat dibuktikan bah wa hal-hal di atas telah menciptakan zat hidup. Faktor penentu fenomena ini tetap tak diketahui. Sebagian pelaksana riset menga kui, bahwa terdapat teka-teki dalam hal ini. Sebagian lagi menyata kan bahwa ada faktor kebetulan dalam hal ini pernyataan se macam ini merupakan sebuah lubang penyelamat yang menutup nutupi ketaktahuan mereka. Kelak kami akan kembali memapar kan alasan-alasan mengapa menjelaskan fenomena kehidupan dengan cara seperti ini adalah mustahil.
Kompleksitas yang makin membesar itu selalu ada di sepan jang evolusi. Kita menemukan tetumbuhan serupa yang telah menjadi fosil pada suatu periode yang jauh lebih 'muda': 500 juta tahun yang lampau. Tentu kita tidak dapat meyakini, bahwa bakteri-bakteri di masa kini identik dengan bakteri-bakteri yang dikatakan telah muncul di muka bumi sebagai organisme-organis me hidup yang pertama. Bakteri bakteri tersebut mungkin telah berkembang sejak itu, meskipun bakteri seperti Escheichia Coli tetap sama selama 250 juta tahun. Apa pun jawabnya, asal-usul kehidupan ternyata bermula dari air. Menurut pemikiran sekarang, adalah mustahil membayangkan adanya kehidupan tanpa air. Setiap upaya mencari jejak kehidup an di planet-planet lain dimulai dengan pertanyaan: Apakah air ada di sana? Di atas permukaan bumi, gabungan kondisi-kondisi tertentu termasuk adanya air - disyaratkan bagi adanya ke hidupan. Kompleksitas zat hidup yang ada pada organisme-organisme paling awal itu barangkali tidaklah sebesar yang ada pada sel-sel di zaman sekarang ini. Sekalipun begitu, sebagaimana yang dike mukakan oleh P.P. Grasse: "Agar ada kehidupan, harus ada pula suatu produksi dan pertukaran energi. Secara fisis hal ini hanya mungkin di dalam suatu sistem yang heterogen dan kompleks. Fakta-fakta pasti yang dimiliki para ahli biologi memberikan suatu alasan baginya untuk mengakui bahwa bentuk kehidupan per tama haruslah merupakan suatu entitas yang teratur." Hal ini membuat Grasse menekankan kenyataan penting bahwa bakteri di zaman sekarang ini, yang tampaknya merupakan organisme organisme hidup yang paling sederhana, jelas telah mencapai kompleksitas yang tinggi. Sungguh bakteri-bakteri tersebut terdiri atas beribu-ribu molekul berbeda-beda yang memiliki sistem sistem katalisis) dalam jumlah sangat besar, dan yang memam pukan bakteri-bakteri tersebut mempersatukan substansi mereka sendiri, untuk tumbuh dan untuk melakukan reproduksi. Kata lisis tersebut bertumpu pada enzim-enzim,**) yang bergerak dalam kuantitas yang tak terhingga kecilnya, dan setiap enzim melaksanakan fungsi khusus masing-masing.
Keanekaragaman Makhluk-Makhluk HidupTerdapat keanekaragaman makhluk-makhluk hidup yang tak terbilang jumlahnya. Sejak zaman paling kuno, para pengamat telah mencatat adanya keanekaragaman ini dan telah berusaha keras menganalisisnya secara terinci. Para ahli alam (orang yang ahli dalam hal sejarah alam, terutama di bidang ilmu hewan dan tumbuhan) mencatat adanya ketepatan yang mencengangkan dari orang-orang primitif tertentu dalam membedakan spesies-spesies hewan di sekeliling mereka. Walau tak mendapatkan petunjuk dari luar, orang-orang ini telah berhasil menyusun penemuan-penemuan yang tidak kalah mutunya dengan karya seorang ahli. Pembedaan pertama yang dibuat atas makhluk-makhluk hidup jalah memisahkan dunia hewan dari dunia tetumbuhan. Meskipun keduanya mempunyai elemen dasar yang sama yaitu sel dan juga banyak substansi pokok yang sama pula, namun keduanya berbeda dalam beberapa hal. Dunia tetumbuhan bergantung lang sung pada bumi dalam hal mendapatkan makanannya. Dunia te tumbuhan juga memerlukan kemampuan yang jauh lebih besar untuk menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang kompleks dari wujud-wujud yang sederhana dan dari cahaya. Dunia hewan, di lain pihak, bergantung pada dunia tetumbuhan dalam hal men dapatkan makanannya (paling tidak hal ini menyangkut hewan hewan yang telah mencapai tingkat kompleksitas tertentu), dan hewan-hewan pemakan daging bergantung pada spesies lain hewan. Selanjutnya, kami akan memusatkan perhatian pada dunia hewan, yang ragam dan jumlahnya luar biasa banyak. Mungkin ada sekitar 1,5 juta spesies yang hidup di atas planet kita ini. Daf tar itu terus bertambah, terutama pada dasawarsa-dasawarsa ter akhir ini, berkat adanya penemuan-penemuan di dunia samudra. Sejak ilmu alam dipandang bernilai tinggi dan penting pada abad ketujuh belas, klasifikasi resmi terus-menerus muncul, masing masing pada gilirannya menyuguhkan pembaruan akibat ditemu kannya data baru. Aristoteles membedakan antara hewan berdarah merah dan hewan yang tak berdarah merah, tapi tidak ada telaah lain yang serius hingga abad ketujuh belas, dan pada abad ini ciri-ciri yang lebih menonjol mulai menarik perhatian. Misalnya, sebagian penga mat dikejutkan oleh masalah pernapasan melalui paru-paru atau insang, adanya atau tidak adanya tulang belakang (tulang pung gung), anatomi jantung (jumlah biliknya), atau adanya rambut yang tidak sama dengan bulu. Dalam klasifikasi-klasifikasi berikut mya, ciri-ciri seperti ini tetap membedakan kelompok-kelompok newan tertentu. Penyebaran sifat-sifat pembeda itu membuka jalan bagi klasi kasi kelompok, dengan serangkaian sub-sub bagian. Dengan demikian tatkala phyla mencirikan pembagian-pembagian dasar yang luas pada makhluk-makhluk hidup yang menunjukkan ciri ciri serupa, yang mendorong kita untuk menempatkan makhluk makhluk hidup tersebut ke dalam kelompok yang sama. Masing masing phylum dapat dibagi menjadi kelas-kelas yang jelas batasan nya; ini semua juga ditentukan oleh sejumlah tertentu ciri khusus Begitu pula, masing-masing kelas memiliki ordo-ordo yang benar benar berbeda yang sungguhpun begitu ordo-ordo tersebut mem pertahankan ciri-ciri umum kelas dan phylum mereka. Satu ordo terdiri atas beberapa famili, famili terdiri atas genera, dan genus terdiri atas spesies-spesies yang berbeda yang menunjukkan ciri kolektif dan juga ciri spesifik. Tapi klasifikasi ini menjadi semakin rumit dengan adanya bentuk-bentuk menengah. Phylum pertama klasifikasi ini terdiri atas bentuk-bentuk sel tunggal, yang dikenal sebagai protozoa. Di sini termasuk makhluk-makhluk paling primitif, yang kemungkinan besar ter bagi secara berangsur-angsur, sehingga melahirkan bentuk-bentuk sel banyak. Inilah contoh pertama evolusi. Susunan bentuk-bentuk sel banyak ini (bunga karang, cnidariae dan ctenophores) menjadi lebih kompleks karena sebagian men dapatkan fungsi-fungsi yang lebih khusus, tapi tanpa membentuk organ-organ yang jelas sifat-sifatnya. Misalnya, sebagian meliputi hewan-hewan, sebagian mengembangkan kemampuan untuk mengkerut, atau menjadi peka terhadap rangsangan dari luar, se bagian lagi memperoleh fungsi-fungsi reproduksi. Sistem itu men jadi semakin berkembang ketika sebuah rongga, yang berfungsi sebagai alat pencerna makanan (cnidariae dan ctenophores), dan juga organ-organ indera muncul. Tapi kelompok ini belum mem punyai kepala. Data embriologis sangat besar nilainya dalam menentukan ber bagai klasifikasi dalam dunia hewan. Dengan demikian satu tahap penting dalam pertumbuhan suatu kompleksitas struktural ter capai dengan pemunculan awal selama perkembangan embrio lapisan benih ekstra. Dengan demikian jumlah lapisan bertambah dari dua menjadi tiga, dan masing-masing lapisan menetapkan formasi organ-organ yang jelas batasannya. Hewan-hewan yang memiliki tiga lapisan benih pada gilirannya terbagi menjadi dua kelompok: kelompok yang mempunyai satu rongga (alat pencerna makanan) dan kelompok yang mempunyai rongga-rongga yang selanjutnya berkembang menjadi alat pencerna makanan dan yang bertanggung jawab atas formasi jaringan-jaringan dan berbagai organ lainnya. Pembagian yang luas pada dunia hewan, yang di sini terbatas hanya pada hal-hal paling mendasar, tampaknya me munculkan adanya suatu pengaturan metodis. Phylum kedua menyebabkan lahirnya berbagai phylum, yang duapuluh buah di antaranya menjadi (secara tidak samarata) empat kelompok berikut ini.
|