Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Anjungan Sumatera Selatan

Anjungan Sumatera Selatan adalah salah satu Anjungan Daerah di Taman Mini Indonesia Indah. Anjungan ini menampilkan tiga bangunan rumah adat, yakni rumah limas, rumah ulu, dan rumah rakit, masing-masing mewakili suku Melayu Palembang, suku di pedalaman, dan penduduk yang tinggal di wilayah perairan sungai.

Rumah limas merupakan bangunan induk anjungan, berupa rumah panggung berbentuk empat persegi panjang, beratap limas yang pada bagian puncaknya terdapat hiasan kuncup bunga cempaka (simbar) dan di ujungnya ada hiasan lengkungan pendek ekor bebek. Di pintu dan jendela ada hiasan yang sekaligus berfungsi ventilasi. Tangga masuk rumah terletak di bagian depan dengan anak tangga berjumlah ganjil. Dahulu, rumah limas merupakan tempat tinggal para bangsawan.

Rumah limas memiliki lima ruangan yang bertingkat (kekijing), melambangkan adanya lima jenjang dalam masyarakat, yakni menurut usia, jenis, bakat, pangkat, dan martabat. Tingkat pertama berupa ruangan tak berdinding, semacam beranda, disebut pagar tenggalung, digunakan untuk beristirahat dan menerima tamu ketika ada upacara adat. Ruang kedua disebut jogan, khusus untuk kaum pria. Ruang ketiga disebut kekijing ketiga, lantainya lebih tinggi, dipisahkan oleh penyekat (kiyam), berfungsi sebagai tempat duduk undangan, atau kerabat setengah baya ketika ada upacara adat. Ruang keempat, disebut kekijing keempat, lantainya lebih tinggi, berfungsi sebagai tempat duduk undangan dan kerabat yang lebih tua, tumenggung, dapunto, dan datuk. Ruang kelima disebut gegajah, merupakan ruangan terbesar, berfungsi untuk menerima tamu atau tempat duduk wanita terhormat.

Rumah limas di Anjungan Sumatera Selatan digunakan untuk ruang pameran berbagai aspek budaya, antara lain tempat duduk raja (puade), pakaian adat, kain songket, pelaminan pengantin, keramik, aneka kerajinan gading, kuningan, dan timah.

Bangunan kedua adalah rumah ulu, yakni rumah rakyat biasa yang tinggal di daerah pedalaman Sumatera Selatan yang bercorak agraris. Rumah kayu ini berbentuk panggung dengan maksud menghindari musim pasang dan gangguan binatang buas. Rumah Ulu hanya memiliki satu tangga, terletak di depan rumah dan beranak tangga ganjil. Bagian atas digunakan untuk tempat kediaman, sedangkan bagian bawah merupakan tempat menyimpan alat rumah tangga: penumbuk padi (isaran), lesung, tampah (nyiru), kayu bakar, dan kandang itik atau ayam.

Rumah ketiga adalah rumah rakit, merupakan contoh rumah yang terdapat di tepi Sungai Musi, Ogan, dan Komering. Rumah berbentuk segi empat, beratap dua pasang, disebut atap kajang. Pada keempat sudut dipancang tonggak kayu agar “rakit” tidak hanyut. Rumah terbuat dari kayu dan beratap rumbia, memiliki serambi untuk tempat duduk keluarga, ruang tamu di bagian depan, ruang keluarga, serta kamar tidur di bagian tengah dan belakang. Dapur ada di bagian samping rumah. Selain sebagai tempat tinggal, rumah rakit juga berfungsi untuk berdagang.

Pada hari Minggu atau hari libur anjungan ini menggelar pertunjukkan aneka kesenian seperti tarian Gending Sriwijaya, lagu, musik, serta kadang-kadang drama Dul Muluk, yakni drama khas Melayu Palembang bahkan sekali waktu menyediakan pameran makanan tradisional seperti pindang patin, empek-empek, kerupuk ikan, dan tekwan.

Anjungan Sumatera Selatan pernah dikunjungi tamu-tamu negara sahabat, antara lain Perdana Menteri Jepang Zenko Suzuki (1981) dan istri Perdana Menteri Australia, Ny. Hazel Bob Hawke (1983), dan Martti Ahtsaari Presiden Filandia (1995).

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya