Anggur JepangMeskipun budaya anggur dan penanaman anggur untuk konsumsi anggur memiliki sejarah panjang di Jepang, wine domestik hany menggunakan anggur produksi lokal baru benar-benar dimulai dengan adopsi budaya Barat pada restorasi Meiji pada paruh kedua abad ke-19. Menurut data dari Asosiasi Winery Jepang, sekitar 365,000 kiloliter wine terdapat di Jepang pada 2013 diman dua pertiganya adalah wine impor. Dari 110,000 kiloliter, wine produksi domestik hanya seperempatnya, atau 26,400 kiloliter, datang dari pertumbuhan domestik dan anggur-anggur yang dipanen.[1] Kawasan utama untuk pembuatan wine di Jepang adalah di Prefektur Yamanashi yang meliputi 40% produksi domestik,[2] meskipun anggur ditanam dan wine juga diproduksi dalam kuantitas yang lebih terbatas oleh para petani anggur dari Hokkaido di Utara sampai Prefektur Miyazaki di pulau selatan Kyushu. SejarahSejarah AwalLegenda menyatakan bahwa anggur mulai ditanam di Jepang pada 718 Masehi, di Katsunuma, Prefektur Yamanashi.[3] Konsumsi wine mulai giat didokumentasikan di Jepang pada abad ke-16, dengan kedatangan misionaris Yesuit dari Portugal.[3] Santo Fransiskus Xaverius membawa wine sebagai hadiah untuk para penguasa feodal Kyūshū, dan misionaris lainnya melanjutkan praktik ini, membuat para penduduk lokal menyukai rasa dari wine dan giat mengimpornya.[3] Wine-wine tersebut disebut wine Portugis chintashu (珍陀酒 ), yang mengkombikasikan kata Portugis tinto (chinta dalam bahasa Jepang) yang artinya merah dan shu (酒 ) yang artinya cairan.[3] Kawasan produsen wine besar di JepangDi Jepang, kawasan-kawasan utama untuk produksi wine adalah Prefektur Hokkaidō dan Yamanashi. Di Hokkaidō, kota Ikeda memulihkan ekonomi dari kebangkrutan negara dengan perencanaan regional melalui penanaman anggur dan produksi wine Pada masa-masa terkini, Prefektur Aichi juga merupakan produsen besar wine.
Referensi
Pranala luar
|