Ion amonium terbentuk ketika amonia, suatu basa lemah, bereaksi dengan asam Brønsted (donor proton):
Ion amonium adalah asam lemah, bereaksi dengan basa Brønsted menghasilkan kembali molekul amonia yang tak bermuatan:
Sehingga, perlakuan larutan pekat garam amonium dengan basa kuat menghasilkan amonia. Ketika amonia dilarutkan dalam air, sejumlah kecil amonia berubah menjadi ion amonium:
Amonia membentuk ion amonium bergantung pada pH larutan. Jika pH rendah, kesetimbangan bergeser ke kanan: lebih banyak ion amonium yang terbentuk. Jika pH tinggi (konsentrasi ion hidrogen rendah), kesetimbangan bergeser ke kiri: ion hidroksida menarik proton dari ion amonium, menghasilkan amonia.
Pembentukan senyawa amonium dapat juga terjadi dalam fase uap; misalnya, ketika uap amonia terkena uap hidrogen klorida, terbentuk kabut putih amonium klorida, yang akhirnya mengendap sebagai lapisan padatan putih pada permukaan.
Perubahan amonium kembali ke amonia mudah dicapai dengan penambahan basa kuat.
Dalam suatu proses normal, ion amonium membentuk amalgam. Spesies semacam ini disiapkan melalui elektrolisis larutan amonium menggunakan katode raksa.[2] This amalgam eventually decomposes to release ammonia and hydrogen.[3]
Atom hidrogen dalam ion amonium dapat disubstitusi dengan gugus alkil atau gugus organik lainnya membentuk ion amonium tersubstitusi (tata nama IUPAC: ion aminium). Sesuai jumlah gugus organiknya, kation amonium disebut primer, sekunder, tersier, atau kuarterner. Selain kation kuarterner, kation amonium organik adalah asam lemah.
Contoh reaksi pembentukan ion amonium adalah antara dimetilamina, (CH' Too many ('";, dan suatu asam, menghasilkan kation dimetilaminium, (CH' Too many ('";:
Kation amonium kuarterner memiliki empat gugus organik yang terikat pada atom nitrogen. Ia tidak memiliki atom hidrogen yang melekat pada atom nitrogen. Kation ini, seperti kation tetra-n-butilamonium, kadang-kadang digunakan untuk menggantikan ion natrium atau kalium untuk meningkatkan kelarutan anion terkait dalam pelarut organik. Garam amonium primer, sekunder, dan tersier bertindak dengan fungsi yang sama, tetapi kurang lipofil. Mereka juga digunakan sebagai katalis transfer fasa dan surfaktan.
Ion amonium adalah limbah metabolismehewan. Pada ikan dan invertebrata akuatik, ia diekskresikan langsung ke perairan. Pada mamalia, hiu, dan amfibi, ia diubah menjadi urea melalui siklus urea, karena urea kurang toksik dan dapat disimpan dengan lebih efisien. Pada burung, reptil, dan siput tanah, amonium metabolik diubah menjadi asam urat, yang berbentuk padat sehingga dapat diekskresikan tanpa kehilangan banyak air.[4]
Amonium adalah sumber penting nitrogen untuk banyak spesies tumbuhan, terutama yang tumbuh di tanah hipoksia. Namun, ia juga beracun bagi sebagian besar tumbuhan budidaya dan jarang diberikan sebagai sumber nitrogen tunggal.[5]
Logam amonium
Ion amonium memiliki sifat yang sangat mirip dengan logam alkali berat dan sering dianggap memiliki kedekatan.[6][7][8] Amonium dianggap berperilaku sebagai logam (NH dalam lautan elektron) pada tekanan yang sangat tinggi, seperti di dalam planet gas raksasa semacam Uranus dan Neptunus.[7][8]
Pada kondisi normal, amonium tidak berada sebagai logam murni, tetapi terdapat sebagai amalgam (paduan dengan raksa).[9]