Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Alauddin Khalji

Alauddin Khalji
Sultan
Lukisan Alauddin Khalji dari abad ke-17
Sultan Delhi
Berkuasa19 Juli 1296–4 Januari 1316
Penobatan21 Oktober 1296
PendahuluJalaluddin Firuz Khalji
PenerusShihabuddin Omar
Gubernur Awadh
Berkuasaca 1296–19 Juli 1296
Gubernur Kara
Berkuasaca 1291–1296
PendahuluMalik Chajju
PenerusʿAlāʾ ul-Mulk
Amir-i-Tuzuk
Berkuasaca 1290–1291
KelahiranAli Gurshasp
ca1266-1267
Kematian4 Januari 1316
Delhi, India
Pemakaman
Pasangan
Keturunan
Nama takhta
Alauddunya wad Din Muhammad Shah-us Sultan
WangsaKhalji
AyahShihabuddin Mas'ud
AgamaIslam Sunni

ʿAlāʾ ud-Dīn Khaljī (m. 1296–1316) adalah penguasa kedua Dinasti Khalji yang memimpin Kesultanan Delhi di anak benua India. Alauddin ingin menjadi Iskandar yang kedua (Sikander Sani), dan gelar ini disebutkan di dalam koin-koin dan doa publik.

Ia merupakan keponakan dan menantu pendahulunya, Jalaluddin. Jalaluddin menjadi Sultan Delhi setelah menjatuhkan Dinasti Mamluk. Alauddin lalu diberi gelar Amir-i-Tuzuk. Alauddin dijadikan Gubernur Kara pada tahun 1291 setelah berhasil memadamkan pemberontakan, dan kemudian diangkat menjadi Gubernur Awadh pada tahun 1296 setelah ia melancarkan serangan ke Bhilsa. Pada tahun 1296, Alauddin menyerbu Devagiri dan memperoleh banyak harta rampasan. Ia lalu menggunakan modal ini untuk melancarkan pemberontakan melawan Jalaluddin. Setelah berhasil membunuh Jalaluddin, ia memperkuat kekuasaan di Delhi dan menundukkan anak-anak Jalaluddin di Multan.

Dalam beberapa tahun berikutnya, Alauddin berhasil memukul mundur invasi Mongol di Jaran-Manjur (1297-1298), Sivistan (1298), Kili (1299), Delhi (1303) dan Amroha (1305). Pada tahun 1306, pasukannya berhasil memperoleh kemenangan besar dalam pertempuran di tepi sungai Ravi, dan beberapa tahun kemudian pasukannya menaklukkan wilayah Mongol di Afganistan.

Alauddin menyerbu, menaklukkan kerajaan-kerajaan Hindu di Gujarat (diserbu tahun 1299 dan dikuasai pada tahun 1304), Ranthambore (1301), Chittor (1303), Malwa (1305), Siwana (1308), dan Jalore (1311). Kemenangan-kemenangan ini mengakhiri riwayat beberapa dinasti Hindu, seperti Dinasti Paramara, Vaghela, Chahamana di Ranastambhapura dan Jalore, keluarga Rewal dari Dinasti Guhila, dan Yajvapala. Jenderalnya yang bernama Malik Kafur melancarkan beberapa kampanye militer ke sebelah selatan Vindhya dan memperoleh rampasan perang dari Devagiri (1308), Warangal (1310) dan Dwarasamudra (1311). Kemenangan-kemenangan ini memaksa Raja Yadava Ramachandra, Raja Kakatiya Prataparudra, dan Raja Hoysala Ballala III untuk membayar upeti kepada Alauddin. Kafur juga telah menjarah Kerajaan Pandya (1311) dan merampas banyak harta rampasan perang.

Pada tahun-tahun terakhirnya, Alauddin sakit-sakitan dan mempercayai Malik Kafur untuk mengurus pemerintahan. Setelah Alauddin meninggal pada tahun 1316, Malik Kafur mengangkat Shihabuddin (anak laki-laki Alauddin dan istri Hindunya, Jhatyapali) sebagai raja boneka. Namun, anak Alauddin yang lebih tua, Qutbuddin Mubarak Shah, merampas kekuasaan tidak lama sesudahnya.

Referensi

  1. ^ Lafont, Jean-Marie & Rehana (2010). The French & Delhi : Agra, Aligarh, and Sardhana (edisi ke-1st). New Delhi: India Research Press. hlm. 8. ISBN 9788183860918. 


Kembali kehalaman sebelumnya