Agility Public Warehousing Company K.S.C.P. adalah sebuah perusahaan logistik global yang berkantor pusat di Kuwait. Perusahaan ini menyediakan jasa ekspedisi muatan, transportasi, pergudangan, dan manajemen rantai pasok untuk perusahaan lain, pemerintah, organisasi internasional, dan organisasi amal di seluruh dunia. Agility mempekerjakan lebih dari 22.000 orang dan memiliki 500 kantor yang tersebar di 100 negara.
Bisnis utama Agility adalah logistik komersial. Unit bisnis komersialnya, Agility Global Integrated Logistics (GIL), berkantor pusat di Sulaibiya, Kuwait. Agility GIL mengatur pengapalan dan pengantaran barang jadi, suku cadang, bahan baku, dan kargo-kargo lain melalui jalur laut, udara, darat, ataupun kombinasi antara ketiga jalur tersebut. GIL juga menyediakan jasa pergudangan dan distribusi, serta jasa dan teknologi untuk melacak dan mengelola proses pengapalan dan stok.
GIL juga menyediakan jasa logistik untuk industri kimia (Agility Chemicals), pagelaran (Agility Fairs & Events), serta untuk klien dengan proyek besar di bidang energi, pertambangan, dan industri kelautan (Agility Project Logistics).
Bisnis terkait logistik
Bisnis lain Agility meliputi:
Agility Logistics Parks - manajemen lahan yasan komersial dan industri.
Shipa - platform logistik digital, menawarkan solusi untuk semua pihak yang ada di dalam satu rantai pasok
National Aviation Services (NAS) - jasa bandara dan penanganan darat.
Tristar - penyedia solusi logistik cairan terintegrasi, untuk industri kimia dan minyak bumi.
United Projects for Aviation Services Company (UPAC) – penyedia jasa manajemen fasilitas dan pengembangan lahan yasan
Global Clearinghouse Systems (GCS) - joint venture dengan Kuwait General Administration for Customs untuk mendukung operasi kepabeanan
GCC Services – penyedia jasa konstruksi dan manajemen fasilitas tempat tinggal untuk industri rekayasa, energi, dan minyak bumi.
Inspection & Control Services (ICS) – penyedia teknologi dan jasa yang digunakan dalam pengurusan dokumen kepabeanan.
Agility Defense & Government Services (DGS) – penyedia jasa logistik untuk sektor pemerintahan
Metal and Recycling Company (MRC) – penyedia jasa manajemen limbah.
Kepemimpinan
Tarek Sultan adalah CEO dari Agility. Ia pernah menjabat sebagai chairman Dewan Gubernur Forum Ekonomi Dunia untuk Industri Logistik dan Transportasi.
Sultan menyandang gelar MBA dari Sekolah Wharton Universitas Pennsylvania dan merupakan anggota dari Dewan Penasehat Internasional Wharton. Sebelum bergabung ke Agility, ia merupakan direktur utama New York Associates, sebuah bank investasi regional, dan merupakan salah satu anggota dari Southport Partners, sebuah penyedia jasa penasehat keuangan asal Amerika Serikat yang fokus pada sektor teknologi.
Sejarah
Agility memulai sejarahnya sebagai sebuah badan usaha milik negara Kuwait yang didirikan pada tahun 1979 dengan nama Public Warehousing Co. (PWC). Setelah resmi diprivatisasi pada tahun 1997, Tarek Sultan kemudian ditunjuk sebagai chairman dan direktur utama dari perusahaan ini.
Setelah diprivatisasi, PWC berupaya berekspansi ke Timur Tengah, Asia, Afrika, dan Amerika Latin, di mana sejumlah kompetitornya telah eksis. Perusahaan ini kemudian mengakuisisi sejumlah perusahaan logistik dan aset, seperti gudang dan truk. Salah satu akuisisi yang paling siginifikan adalah terhadap Geologistics Corp., Transoceanic Shipping Co. Inc.,[1] WTS, dan Global Express Line asal Amerika Serikat. Perusahan ini juga mengakuisisi Trans-Link Group asal Singapura, Cronat Transport Holding AG asal Swiss, Globe Marine Services asal Arab Saudi, Cosa Freight asal Tiongkok, Starfreight asal Kenya, dan Tristar asal Uni Emirat Arab. Perusahaan ini juga berekspansi ke Amerika Latin dengan mengakuisisi Trafinsa SA de CV asal Meksiko dan Itatrans asal Brazil.
Pada tahun 2004, PWC menjadi penyedia jasa logistik terbesar di Timur Tengah. Pada tahun 2006, perusahaan ini menyatukan semua layanannya dengan nama Agility, dan dengan slogan “A New Logistics Leader.”
Skala operasi global
Amerika
1.400 pegawai dan 104 kantor/lokasi di 24 negara dan teritori.
Pada tahun 2009, Agility mengakuisisi masing-masing satu perusahaan di Brazil dan Meksiko untuk melengkapi eksistensinya di Chile. Pada tahun 2016, perusahaan ini juga mulai beroperasi di Kolombia
Asia-Pasifik
8.400 pegawai dan 160 kantor/lokasi di 24 negara dan teritori.
Agility berinvestasi di Tiongkok, dengan mengakuisisi sebuah perusahaan yang fokus pada distribusi domestik. Saat ini, Agility China memiliki 1.000 pegawai dan 40 kantor di seantero Tiongkok. Di India, Agility memiliki lebih dari 900 pegawai, dan total luas gudang sebesar 200.000 meter persegi yang tersebar di 20 kota.[butuh rujukan]
Eropa
3.000 pegawai dan 145 kantor/lokasi di 31 negara.
Agility Europe memperluas eksistensinya di Eropa Timur dengan mendirikan anak usaha baru di Romania, setelah berekspansi di Eropa Tengah, yakni di Polandia, Austria, dan Hungaria pada tahun 2008.[butuh rujukan]
Timur Tengah dan Afrika
Lebih dari 9.500 pegawai dan 80 kantor/lokasi di 23 negara.[butuh rujukan]
Membangun kawasan logistik di seantero Afrika, dengan total luas gudang hampir 1 juta meter persegi di Pantai Gading, Mozambik, dan Ghana
Informasi investor
Agility melantai di Bursa Saham Kuwait (KSE: AGLTY) sejak tahun 1984 dan di Dubai Financial Market (DFM: AGLTY) sejak tahun 2006. Diperkirakan ada sekitar 14.000 pemegang saham perusahaan ini, mulai dari perusahaan swasta hingga pemerintahan, serta investor perorangan.[butuh rujukan]
Negara berkembang
Tiap tahun, Agility menerbitkan Indeks Logistik Negara Berkembang.[2] Indeks tersebut menyediakan gambaran mengenai sentimen industri logistik melalui survei kepada pimpinan perusahaan yang menangani rantai pasok, dan kemudian menyusun peringkat yang berisi 50 negara berkembang, berdasarkan ukuran, kondisi bisnis, infrastruktur, dan faktor lain yang membuat negara tersebut menarik bagi penyedia jasa logistik, ekspedisi muatan, pengapalan, kargo udara, dan distributor.
Pada tahun 2020, perusahaan ini telah menerbitkan hasil surveinya yang ke-11.[2] Lebih dari 780 orang pimpinan logistik dan rantai pasok di seluruh dunia menjadi responden dalam survei mengenai prediksi ekonomi global tahun 2019, prospek untuk negara berkembang, pendorong pertumbuhan utama, dan tren yang mempengaruhi negara berkembang.
Keberlanjutan
Upaya keberlanjutan Agility[3] difokuskan pada lingkungan, investasi komunitas, logistik kemanusiaan, dan upah layak.
Agility aktif terlibat dalam Business for Social Responsibility’s Clean Cargo Working Group dan Sustainable Air Freight Alliance (SAFA), di mana perusahaan ini mewakili industri ekspedisi muatan pada komite pengarah dari grup-grup tersebut. Pada grup tersebut, Agility berkolaborasi dengan perusahaan pengapalan dan perusahaan ekspedisi muatan lain untuk mendorong lebih banyak upaya keberlanjutan dalam industri kargo, serta untuk meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan di industri kargo dalam mengukur dan mengelola emisi CO2 .
Agility merupakan anggota Logistics Emergency Team (LET) dari Klaster Logistik Global PBB. LET menyatukan kapasitas dan sumber daya dari industri logistik yang memiliki keahlian dan pengalaman dengan komunitas kemanusiaan untuk dapat menyediakan upaya penanggulangan bencana yang lebih efektif dan efisien [4]
Sebagai sebuah perusahaan global, Agility berinvestasi di proyek pendidikan, kesehatan masyarakat, dan lingkungan di seluruh dunia untuk dapat memberi dampak positif bagi masyarakat di tempat mereka berbisnis. Sejumlah proyeknya fokus untuk menciptakan kesempatan pekerjaan dan pendidikan bagi masyarakat lokal. Kemitraan Agility fokus pada pemuda dan pendidikan, yang meliputi hubungan jangka panjang dengan sekolah dan organisasi amal lokal untuk menyediakan program literasi digital dan pendidikan menengah atau pelatihan vokasi, yang mana semua kemitraan tersebut diharapkan dapat diisi separuhnya oleh wanita.
Kontroversi
Mulai tahun 2003 hingga 2010, Agility memasok makanan dan produk terkait ke kontraktor dan pasukan Amerika Serikat di Kuwait dan Irak, berdasarkan serangkaian kontrak Pemasok Utama yang diberikan oleh Badan Logistik Pertahanan Amerika Serikat.
Pada bulan Mei 2017, Agility dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat mencapai kesepakatan untuk mengakhiri kasus hukum yang pada intinya menuduh bahwa perusahaan ini telah mematok harga yang terlalu tinggi kepada Badan Logistik Pertahanan untuk kontrak penyediaan makanan. Perusahaan ini mengakui kesalahan penghitungan terhadap satu faktur senilai $551. Kesalahan tersebut tidak terkait dengan tuduhan dari Departemen Kehakiman sebelumnya. Perusahaan ini juga setuju untuk membayar $95 juta guna mengakhiri tuntutan serupa dari masyarakat.[5]