Abdullah bin Abi Bakar
Abdullah bin Abi Bakar (bahasa Arab: عبدالله ابن أبي بكر) (tahun 609–633) adalah putra sahabat Abu Bakar Khalifah pertama, saudara Aisyah dan sahabat nabi Islam Muhammad. Ia lahir ketika Muhammad akan diangkat sebagai Nabi. Masa kecilIa lahir di kota Mekah, putra Abu Bakar bin Abi Quhafa, dari bani Taim dari suku Quraisy, dan dari Qutailah binti Abdul Uzza, yang berasal dari bani Amir bin Luay.[1][2][3] Orang tuanya bercerai segera sebelum atau segera setelah kelahirannya.[4] Masa kecil berjalan saat Nabi mulai berdakwah di Mekah. Ketika Nabi Muhammad dan Abu Bakar hijrah dari Mekah pada September 622, Abu Bakar meminta Abdullah untuk mendengarkan percakapan orang-orang di Mekah dan melaporkan berita hari itu kepada mereka di Gua Tsur setiap malam. Abdullah melaporkan bahwa kaum Quraisy telah mempersembahkan hadiah seratus unta kepada siapa saja yang bisa menangkap Muhammad. Setiap pagi, ketika dia meninggalkan gua, pembantu Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, akan memimpin kawanan domba melalui rute yang sama untuk menutupi jejaknya, sekaligus memberi air susunya kepada Nabi.[5] [1] Abdullah menemani selama 3 malam di Gua Tsur bersama Asma yang tengah hamil. "Ia seorang yang cerdas." Ungkap Aisyah. Hijrah ke MadinahBeberapa bulan kemudian, Abdullah menyusul ikut hijrah ke Madinah ditemani ibu tiri dan dua saudara perempuannya.[6] [3] Abdullah tumbuh besar di Madinah. Pada tahun 630 Abdullah ikut bertempur di Pengepungan Ta'if melawan kaum kafir setelah penaklukan Mekah di mana Abu Mihjan, melukainya dengan panah. Dimana saat pertempuran tersebut umat Islam yang jumlahnya banyak terkejut dengan hujan panah dari pasukan Taif, bahkan banyak umat Islam awalnya berlarian ke belakang. Luka ini akhirnya menyebabkan kematiannya, meskipun dia bertahan selama hampir tiga tahun setelahnya.[5] [7] PernikahanIa menikah dengan Atiqa binti Zayd, dari bani Adi dari Quraisy. Pernikahan mereka tidak menghasilkan anak.[4] Abdullah menghabiskan begitu banyak waktu bersamanya sehingga dia mengabaikan kewajibannya terhadap masalah umat Islam. Abu Bakar menghukum putranya dengan meminta dia untuk menceraikannya. Abdullah melakukan apa yang diperintahkan kepadanya dengan sedih. Pada akhirnya, Abdullah diizinkan rujuk membawa kembali istrinya Atiqa sebelum masa iddah (penantiannya) selesai. [8] KematianAbdullah meninggal pada Januari 633 M, ketika luka lamanya dari Ta'if kambuh.[7][9] [10] Ia wafat tak berapa lama setelah wafatnya Nabi, pada masa Khalifah Abu Bakar. Referensi
|